Lelakiku adalah orang yang berhati mulia, sangat baik, sosok yang hampir sempurna bagi tiap perempuan yang mendambakan lelaki, aku mencintainya karena kesederhanaan dan ketulusan yang dimilikinya, terasa damai ketika aku bersandar di dadanya, memeluknya dengan kehangatan cinta.

Dua tahun dalam proses pendekatan kami lalui dengan berbagai romansa, tiga tahun berjalan hingga sekarang dalam pernikahan bergelut dalam berjuta persoalan yang dulunya tak terbayangkan, kemudian harus aku akui perasaan lelah mulai menggerogoti, mungkin karena berjumpa dengan persoalan yang selalu sama dan tak pernah terselesaikan, hanya mengambang dan menyisakan pertanyaan dan kegelisahan. Alasan-alasan aku mencintainya dulu kemudian pudar dan menjadi hal yang sebatas kewajiban saja.

Saya seorang wanita yang sensitif dan mudah untuk tersinggung, begitu manja dan merindukan saat-saat romantis seperti perlakuan aktor film yang mencintai kekasihnya dengan sekuntum bunga dan kata-kata indah yang mampu membuat hati wanita melayang, lilin menyala dalam heningnya makan berdua di sudut restoran wah…

Suami aku jauh berbeda dari yang aku harapkan, dia kurang sensitif dan sangat sulit untuk menciptakan suasana romantis dalam perkawinan kami, bahkan di momen berharga kami seperti ulang tahunku atau ulang tahun pernikahan. Dan tiba-tiba semua itu membuat aku berfikir ternyata dia bukan lelaki yang aku idamkan dan ideal di kehidupanku.

Hingga suatu hari saat perasaan murka telah merajai, aku memberanikan diri untuk mengambil keputusan yang tak pernah disangkanya akan aku ajukan. aku memintanya menceraikanku.

Hanya kata “Mengapa?”, yang terlontar dai keterkejutannya.

“Aku begitu lelah, lelah dengan semua persoalan yang mendera kita, aku tidak mampu lagi hidup terus seperti ini denganmu, kamu tidak mampu memberikan ketenangan atas semua kegundahan dihidupku” jawabku dengan suara yang bergetar

Suamiku hanya mampu terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, seolah-olah sedang menyelesaikan tugas kantornya, tetapi ternyata tidak, tatapannya hampa seperti sedang memandangi sesuatu yang tak mampu dijangkau oleh hati dan pikirannya.

Kekecewaanku kemudian semakin bertambah, mengapa dia hanya terdiam, mengapa dia tidak mengungkapkan ketidak setujuannya jika memang dia tidak menginginkan keputusan itu, mengapa dia tidak mengekspresikan perasaannya, apa yang harus aku harapkan dari seseorang yang tak mampu untuk membuat keputusan yang terpenting dihidupnya.

Dan akhirnya suatu malam suamiku bertanya kepadaku, “Apa yang dapat aku lakukan untuk merubah pikiranmu dek?”

Aku hanya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,” Aku punya pertanyaan, jika engkau dapat menemukan jawabannya akan merubah keputusanku

“Seandainya aku memasakkan makanan kesukaanmu, tetapi ternyata dalam makanan itu tak sengaja aku masukkan udang yang tidak engkau sukai karena aku lupa, namun engkau tahu aku telah membuatnya dengan susah payah dan engkau tahu jika makanan itu engkau makan maka engkau akan merasa sakit. Apakah kamu akan tetap memakan makanan itu?

Suamiku hanya termenung dan hanya mampu berkata, ” Aku akan memberikan jawabannya besok.”

Perasaan aku begitu gundah mendengar jawabannya.

Keesokan harinya, saat aku terbangun aku tidak menemukannya di sampingku, diapun tidak ada di rumah, dan aku hanya menemukan layar laptop yang bertuliskan sesuatu, kuperhatikan dengan seksama dan ternyata ada tulisan darinya.

” Ade, aku tidak akan memakan masakan yang ade telah buat itu, tetapi ijinkan aku untuk menjelaskan alasannya.”

Saat membaca pembuka tulisan itu hatiku rasanya hancur, namun kukuatkan untuk terus membacanya

“Ade selalu merasa sakit di perut saat datang bulan, dan aku harus memberikan balsem untuk mengurut perutmu dengan balsem agar kamu merasa nyaman”

“Saat ade tidak beraktifitas dan hanya diam di rumah, aku khawatir kamu akan merasa sepi. akupun berinisiatif untuk membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan mataku agar engkau dapat menonton hal-hal lucu di kehidupan manusia.

” Ade selalu begitu dekat jika telah menulis sesuatu di hadapan monitor, terlalu dekat membaca
buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata ade. Aku harus menjaga matamu agar ketika kita tua nanti, kamu mampu melihatku masih tetap menarik seperti dulu, dan aku masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu.”

“Tanganku akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri losari, menikmati sunset di saat senjanya hari.

Menceritakan warna-warni pelangi yang bersinar begitu cantiknya, secantik wajahmu.

Tetapi Ade, aku tidak akan memakan masakan yang telah engkau buat dengan susah payah, bukan karena tidak ingin tetapi karena aku tahu engkau tidak akan membiarkanku sakit dan aku tak akan mampu melihatmu menangis karena merasa bersalah atas yang telah engkau buat.

“Sayang, aku tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari aku mencintaimu. Untuk itu Sayang, jika semua yang telah saya berikan seperti tanganku, kakiku, mataku tidak cukup buat kamu, aku tidak mampu menahan kamu lagi untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang lebih membahagiakan kamu.”

Tak terasa ada yang tergenang di mataku dan terus jatuh, tetapi aku tetap berusaha untuk terus membacanya.

“Dan sekarang, ade… kamu telah selesai membaca semua alasan-alasanku.

Jika ade puas dengan semua jawaban itu, dan tetap menginginkan aku untuk tetap tinggal bersamamu di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, aku sedari malam berdiri disini menunggu jawaban kamu.”

“Jika ade tidak puas dengan jawabanku itu, biarkan aku masuk untuk mengambil barang-barang, dan menginap di rumah temanku, aku tidak akan mempersulit hidup kamu de…., Ade harus percaya bahagiamu adalah bahagiaku juga.”

Aku segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah yang tertunduk dan di tangannya menggenggam sekuntum mawar putih dan sekotak tart kesukaanku.

Aku segera memeluknya menangis sejadi-jadinya, dan tak berharap lagi melepaskannya di hidupku.

Kini baru aku sadari, tidak ada seseorang yang mencintaiku lebih dari cintanya..

Cinta adalah peleburan ego dimana tak ada lagi keinginan selain dirinya…

Cinta adalah kesederhanaan…

Tak ada lagi senyum terindah selain senyumannya, serta perihnya luka saat melihat tangisannya

Dan aku sadar..bahwa dialah lelaki yang terindah di hidupku, sekarang, nanti dan selamanya.


Tabe’

__Och@__

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda