Pesan tak bernama

Sayang…
Ingatkah di awal kita bertemu
Engkau duduk terdiam di sudut ruangan
Sibuk memandangi jendela yang hanya terlihat kaca buram terbungkus debu tebal
Saat itu engkaupun tak sadar
Engkau dijadikan obyek pembicaraan aku dan kawan-kawanku
Di seberang tempat engkau terduduk lama

Tak henti aku mencuri pandang
Hanya sekedar melihat ekspresi wajahmu yang tampak sendu
Namun mampu menciptakan riak dan mendamaikan hatiku
Dan sekejap aku menyakinkan diri
Jika engkaulah wanita yang kelak menjadi pendampingku dan ibu dari anak-anakku

Tak pernah aku mampu memberanikan diri saat itu
Untuk menguak fakta yang tersembunyi di onggokan hatiku
Aku ingin sekali mengenalmu sedekat mungkin
Meski aku tahu bukan hanya aku yang menginginkanmu
Namun aku mampu menyakinkan diri
Jika kelak engkau akan memilihku

Dan..
Akhirnya benar
Engkaupun memilihku
Namun tak pernah kudapati alasan yang tepat mengapa engkau memilihku
Apakah karena aku adalah pilihan keluargamu
Ataukah..
Aku pelarian yang terbaik di kisahmu

Dua tahun berjalan
Ikatan kita terikrar di hadapan Tuhan
Aku masih tetap berusaha merebut cintamu
Meski aku telah memilikimu
Tetapi tetap saja kutemukan ruang kosong dimatamu
Tetap saja kurasakan ada yang tertutup rapat di dasar hatimu

Sampai akhirnya…
Kuberanikan membuka pesan yang tersimpan begitu rapi
Di telepon genggammu..
Saat engkau tak ingat untuk membawanya ke tempat kerjamu
Kubaca dari pesan yang “ tak bernama” :
“ De..., jangan meminta aku untuk berhenti mencintaimu, aku telah berani berjanji atas diri kepada Tuhan di setiap doa-doaku, hanya dirimu wanita yang akan tetap ada di hidupku, meski tak mampu terjangkau olehku, tetapi aku yakin aku telah menjangkau dan memiliki hatimu sejak dulu hingga hari ini. Bahagialah dengan keluarga kecilmu, dan satu permohonanku, ijinkan aku tetap seperti ini, bahagia dengan caraku sendiri, dan sendiri tanpa wanita selain dirimu di hatiku..”

Rasanya begitu sakit..
Ada yang tergenang dan ingin tumpah sejadi-jadinya
Aku laki-laki..tetapi akupun manusia perasa
Ternyata ada yang begitu mencintaimu selain diriku
Dan aku ingin marah..
Aku ingin murka...
Tetapi ingin menyalahkan siapa...???

Ternyata pertanyaan dan kebingunganku
Terjawab tanpa ungkapan langsung dari bibirmu
Pantas saja hanya senyum hampa serta tatapan kosong yang aku dapati
Saat tanyaku selalu..
Di setiap pagi ketika akan berangkat kerja..
Engkau mencintai suamimu ini kan De..?
Dan menemukan mata yang sembab tanpa alasan

Akhirnya...
Aku hanya mampu terdiam
Tak berani bercerita kepadamu
Tentang hal yang terjadi di diriku hari ini
Karena aku tahu…
Engkau pasti menanti pertanyaan yang akan menyudutkanmu
Dan engkau pasti sangat bersedia untuk disalahkan dan menjadi obyek murkaku
Tetapi tidak kulakukan itu sayangku…
Karena aku begitu takut kehilanganmu...
Begitu besar cintaku atasmu
Meski dipersandingkan oleh yang “ tak bernama “ di telepon genggammu

Aku hanya mampu menulisnya
Di secarik kertas usang di meja kantorku
Tak perlu ada yang tahu
Seperti engkau menyembunyikan kisahmu padaku
Tanpa seorang pun yang tahu...

Hanya satu doa terbesarku saat ini...
Semoga engkau benar-benar bahagia bersamaku
Dan suatu hari akan benar-benar mencintaiku
Dengan senyum yang benar-benar murni
Atas nama cintamu padaku, istriku...

Titipan cerita di kota seberang..
1908-0406

Tabe’


__Och@__

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lama Beranda