Kehidupan adalah sebuah gulir roda yang tak pernah berhenti bergerak di sepanjang zaman, ada saja episode dari skenario Tuhan yang harus dilewati tanpa perencanaan dan di luar batas perkiraan manusia, aku percaya di setiap perjalanan kehidupan yang dilewati menyimpan berjuta hikmah dan kebaikan yang akan kembali kepada kepentingan diri kita sendiri.
Sebut saja namaku Radit Dirgantara, pria lajang 30 tahun dulunya bekerja sebagai kepala cabang di sebuah perusahaan industri terkemuka di kota Jakarta, kata orang aku pria yang menarik, mapan dan memiliki wibawa. Lahir di keluarga yang cukup terpandang dan sangat mencintai keluarga.
Meski dengan kondisi yang cukup menjanjikan sebagai seorang lelaki, yang memliki banyak peluang untuk memiliki banyak pacar digilai banyak wanita, aku tipikal lelaki yag setia. Dari kuliah sampe sekarang pacarku tidak pernah berganti, tetap sama…
Namanya Winda, kami telah menjalin hubungan yang cukup lama selama 8 tahun…
Hubungan kami telah diketahui dan disetujui oleh keluarga kedua belah pihak, dan saatnya untuk kami membina hubungan yang lebih serius.
Yah…setelah pembicaraan yang serius antara kedua belah pihak, diputuskan kami akan menikah akhir desember, dan untuk meresmikannya kami akan mengadakan acara pertunangan di awal Februari.
Di acara pertunangan kami dihadiri oleh begitu banyak undangan, sungguh yang hadir menjadi tolak ukur penilaian status keluarga kami di mata masyarakat, dan mereka tampak begitu senang dan bangga menghadiri acara pertunangan ini.
Jadi kurang lebih 10 bulan lagi aku dan winda akan menikah, dan itu hari bersejarah yang ditunggu-tunggu oleh keluarga kami dan termasuk juga aku sendiri.
Memasuki bulan Agustus mendekati hari ulang tahunku tepatnya 18 Agustus yang ke-31, aku di kantor sedang meeting dengan beberapa klien untuk suatu proyek daerah, tiba-tiba HP aku bergetar hebat di atas meja, kulirik tetapi tak kuangkat karena yang tercantum nomor yang tidak terdaftar di phone book, semenit berlalu HP aku tetap bergetar dengan nomor yang sama, kuputuskan kuangkat namun sebelumnya memohon ijin kepada klien.
Dengan sedikit agak kesal kuangkat dan kujawab telepon yang sedari tadi bergetar dan menunggu untuk diangkat.
“ ya..haloo..maaf ini siapa yah ?’
“ Maaf menganggu pak, benar dengan pak Radit “ terdengar suara berat di seberang HP
“ Benar, dengan saya sendiri…”
“ Bapak kenal dengan Winda ?”
“ Iya saya kenal, Winda itu tunangan saya calon istri saya, emang kenapa Pak? Dan anda siapa ?” masih dengan perasaan yang kesal bercampur heran..
“ Kami dari pihak kepolisian, kami mau memberitahukan bahwa kami menemukan saudara winda telah tewas di sebuah kamar hotel bersama seorang pria, dan tampaknya winda ini overdosis akibat pemakaian obat-obatan terlarang, bapak silahkan segera kesini untuk memastikan apakah benar yang kami maksud adalah tunangan bapak.”
Seketika dunia serasa runtuh, tubuh saya bergetar dan tak terasa HP yang tadinya berada digenggamanku terjatuh berserakan di lantai.
Tak kupedulikan lagi klien yang sedari tadi menunggu berharap rapat dilanjutkan, dengan setengan berlari, segera kuambil mobil di parkiran dan secepat mungkin memacunya ke arah hotel yang dimaksud…
Setibanya disana, aku tak peduli lagi dengan pandangan orang-orang disekitar, sesegera mungkin aku bergegas memasuki hotel yang telah lebih dahulu ramai di kerumuni banyak orang dan telah diberi batas police line, aku memasuki kamar kamar hotel yang dimaksud dengan tubuh yang gemetar kuhampiri sesosok mayat wanita, kuberanikan diri untuk membukanya dan mencoba menyakinkan diri bahwa yang dimaksud bukan calon istriku Winda. Perlahan kubuka selimut yang menutupi tubuhnya dan aku benar-benar shock ternyata wanita itu benar-benar Winda…
Tuhan tubuhku seperti tak bertenaga, nyawaku rasanya ingin lepas, kutahan tangis, kukuatkan diri…
Seorang Polisi menghampiriku…
“ Anda Pak Radit ?
“ Benar Pak” masih dengan tatapan nanar kujawab pertanyaan polisi itu.
“ Benar anda mengenal mayat ini, dan benar ini adalah Winda”
Lidahku kaku, hatiku hancur, aku tak sanggup berkata apapun. Aku hanya menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaannya.
“ Pak Radit, kami turut prihatin atas kejadian ini, tetapi kami ingin memberitahukan bahwa calon istri anda kami temukan tewas over dosis bersama pria yang kami ketahui bernama Ary, kami menemukannya dalam keadaan tak berpakaian, dan ini baru dugaan dari pihak kami bahwa berdasarkan alat bukti yang kami temukan di TKP, jika sebelumnya mereka berpesta shabu-shabu sebelum melakukan hubungan intim dan akhirnya over dosis karena terlalu berlebih mengkonsumsi shabu-shabu tersebut.
Aku hanya terdiam terpaku, rasanya tak ingin percaya atas apa yang telah kusaksikan dan kudengar…
Pikiranku melayang, masa depanku hancur, sepertinya aku tak mampu lagi berpijak di atas bumi, Winda pergi meninggalkanku dengan cara yang sangat tragis bahkan telah tega menghianati di belakangku…
Di waktu yang sama tiba-tiba seorang wanita muncul, sontak dia berteriak histeris di sampingku saat melihat pria yang tewas bersama Winda, ternyata aku bernasib sama dengannya. Wanita itu juga tunangannya yang parahnya sebulan lagi akan melangsungkan pernikahan, hatinya begitu hancur dan akupun sangat bisa merasakannya.
Begitu cepat informasi ini beredar, apalagi menjadi berita di beberapa media cetak dan muncul dalam berita di tv, hingga akhirnya sampai pula ke telinga keluargaku, orang tuaku begitu terpukul, keluargaku sangat tidak percaya mengetahui yang terjadi, peristiwa inipun menjadi bahan omongan dan gunjingan di tetangga, karena tak tahan mendengar omongan tetangga, ibuku kena serangan jantung berselang seminggu setelah kejadian itu, segera ibu dilarikan ke rumah sakit namun Tuhan berkehendak lain, ibu tak mampu diselamatkan lagi.
Tuhan..rasanya aku tak mampu lagi untuk menghadapi kenyataan, dua wanita yang aku sangat cintai dijemput begitu cepatnya, sepertinya aku tak sanggup hidup lagi, rasanya hidup ini begitu tidak adil, mengapa aku tak diijinkan untuk bahagia…
Selama beberapa bulan aku larut dalam keputus-asaan, dan tenggelam dalam kesedihan yang tak berujung. Mestinya di bulan ini aku telah bersanding di pelaminan dengan Winda, ada ibu yang mendampingiku dengan senyum yang sumringah dan perasaan yang bahagia dan bangga melihat anaknya telah melangkah di kehidupan yang baru, apalagi bersama Winda yang begitu dekat dengan keluargaku terutama ibu…
Tetapi kenyataanya jauh di luar rencana, bahkan begitu memilukan.
Selang waktu berlalu, akhirnya aku memutuskan untuk pamit dari keluargaku, mencoba meninggalkan kota yang menyimpan begitu banyak kenangan yang indah sekaligus memilukan, sebelumnya aku memohon ijin ke keluargaku dan keluarga mantan calon istriku, mereka sangat mengerti dengan kondisiku dan mengijinkan kepergianku, kukuatkan hati mereka dan berharap mereka tetap tetap kuat dan bersabar menjalani kenyataan yang telah terjadi.
Setibanya aku di bandara, tak jauh aku melihat sosok wanita yang tidak asing, dan sepertinya aku pernah melihatnya.
Kucoba mendekatinya, dan yah…aku ingat, dia tunangan dari lelaki yang tewas bersama Winda, dia Nuri…
Tampak wajahnya begitu lesu, tubuhnya lebih kurus dari sebelumnya, tatapannya kosong seakan terbaca tak ada semangat lagi di kehidupannya dan pastilah akibat peristiwa tragis di bulan itu..
“ maaf, anda Nuri …? Belum selesai pertanyaanku dia kemudian menoleh dan langsung memelukku..
“ Radit…aku harus pergi dari sini, aku tak sanggup lagi mendengar cemoohan orang-orang, aku akan pergi ke Singapura, negara dimana tak satupun yang akan mengenalku, aku sangat malu Radit…
Air matanya tumpah, tubuhnya berguncang hebat, tampaknya dengan melihatku memori peristiwa itu terulang lagi dikepalanya..
Kucoba memeluk erat pundaknya, kutenangkan dia..
“ Sudahlah..lupakan semua, kalau engkau ingin pergi, pergilah sejauh-jauhnya, tetapi ingat, jangan jadikan ini penghalang hidupmu, teruslah melangkah, jangan berbuat tidak adil dengan dirimu sendiri, ada cahaya terang yang menanti di hidupmu, asalkan engkau tidak menyerah dan pasrah, jemputlah bahagiamu yang lain, Tuhan menyanyangi kita dengan menunjukkan bahwa yang diimpikan belum tentu baik untuk kita.
Apalah jadinya jika kita menikah dengan orang yang telah menghianati dan menusuk kita dari belakang. Aku mengerti semua, dan kita berada di posisi yang sama. Kamu tahu Nuri…?, akupun akan pergi dari kota ini, tetapi bukannya lari dari kenyataan dan masa lalu, tetapi menjemput bahagia dan masa depan yang lebih baik…
Kuusap air matanya, kupandangi wajah kelunya, kuyakinkan dia kembali…
“ Ingat tetaplah melangkah, dan janganlah menoleh lagi…”
Kamipun berpisah dan saling menguatkan diri..
Nuri ke Singapura dan menjadi Acoounting di perusahaan advertising. Kabar terakhir yang kudengar dia telah menikah dan mengambil keputusan untuk tetap stay disana bersama suaminya.
Sementara aku sendiri ke Makassar mencoba peruntungan, dan menerima tawaran pekerjaan dari sahabatku mengabdi menjadi seorang dosen di perguruan tinggi swasta, dan sekaligus diterima di salah satu perusahaan kontraktor di daerah itu.
Aku tetap melajang, tetapi aku tak menutup hati dan tetap bermimpi mempunyai keluarga bahagia, yang kelak akan kudapatkan dan itu pasti terbaik dari-Nya.


NB: Titipan cerita kawan lama

__Och@__

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda